Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Remah Jejak

  Awalnya, kukira seseorang yang tertangkap kamera mengenakan kaos putih bersablon 'Semut Ibrahim', hanya kebetulan memakai kaos itu. Tak terbetik sedikitpun bahwa Semut Ibrahim adalah sebuah komunitas. Aku pun, hanya terhitung ikut-ikutan membagikan foto yang jadi viral tersebut. Sampai salah seorang seniorku di Komunitas Bisa Menulis memberitahu. Aku tergerak ingin mencari tahu. Bukankah filosofi Semut Ibrahim itu sangat menggugah? .   Si semut kecil yang bersusah payah membawa setetes air menuju api yang membakar Nabi Ibrahim. Meski ia dicibir burung karena perbuatannya dianggap tak memberikan pengaruh apapun. Apa jawaban semut? . "Aku tahu apa yang kulakukan ini mungkin tak begitu berarti. Namun setidaknya, aku bisa menjawab jika kelak Allah bertanya ; apa yang kau lakukan saat melihat Nabi Ibrahim dibakar?" . Betapa usaha kita, sekecil apapun tetap memiliki nilai kebaikan di sisi Allah. Meski mungkin yang kita lakukan hanya sebuah remah, setidaknya kita bis

Goresan Kenangan

Gerakan tanganku terhenti. Aku menghela napas. Mencoba mencegah airmata yang hendak tumpah. Ah, entah mengapa aku tak pernah sanggup menggoreskan pena tentangnya. Padahal, sudah berpuluh-puluh tokoh terlahir dari karakternya. Bahkan hampir selusin novel terinspirasi dari sosoknya. Tapi entah mengapa, aku tak kuasa menuliskan kisahku dan dirinya. Dirinya yang terukir rapi dalam palung hati. Sosok yang memasung relung ini hingga bertekuk lutut dalam gulungan rindu.   Laksana hujan yang jatuh pasrah ke bumi. Awalnya rintik, disusul gerimis lantas melebat syahdu. Seperti itulah kenangan kini menderaku. Begitu sesak untuk ditahan. Begitu mendesak untuk ditumpahkan. Maka kini … meski berderai air mata, izinkanlah goresan ini menuliskan kisah tentangnya. Sosok yang kini amat kurindukan kehadirannya … *---*---* Jika orang yang jatuh cinta bisa memilih, maka ia pasti akan memilih untuk tidak jatuh cinta. Tapi sayangnya, kita tak bisa memilih kapan juga pada siapa kita jatuh cinta. Ci